PROPOSAL SKRIPSI PERANAN HARGA LOGAM TIMAH DI BURSA DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI TIN SOLDER PADA PERUSAHAAN PT. TIMAH INDUSTRI


PERANAN HARGA LOGAM TIMAH DI BURSA DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI TIN SOLDER PADA PERUSAHAAN
PT. TIMAH INDUSTRI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
Bancir Cucun Sunarya
NPM  : 2013030556


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
AL-KHAIRIYAH
CILEGON
2017


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AL-KHAIRIYAH CILEGON
PROGRAM STUDI: AKUNTANSI


TANDA PERSETUJUAN
Nama                            :   Bancir Cucun Sunarya
NIM                              :   2015030556
Program Studi              :   Akuntansi
Konsentrasi                  :   Akuntansi Keuangan
Judul Skripsi                : Peranan Harga Logam Timah di Bursa dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Tin Solder Pada Perusahaan PT. Timah Industri
Cilegon,  28 Maret 2017









Menyetujui
Ketua Program Studi




Hj. Gema Ika Sari, SE,.M.Ak





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.  Penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas guna memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pada STIE Al-KHAIRIYAH. Adapun judul dari penulisan skripsi ini ialah “Peranan Harga Logam Timah di Bursa dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Tin Solder Pada Perusahaan PT. Timah Industri”.
 Dalam penulisan skripsi ini tentu saja masih banyak terdapat kekurangan-kekurangannya yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Walaupun demikian, penulis telah berusaha menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu apabila terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, penulis dengan senang hati siap menerima saran dan kritik dari para pembaca.
 Akhir kata, semoga Penulisan ini dapat memberi manfaat dan kebaikan bagi semua pihak yang membutuhkan, dan semoga ilmu yang ada di Penulisan ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam ridho dan berkah dari-Nya.
       
                  Cilegon,    Februari 2017
Penulis
(Bancir Cucun Sunarya)



DAFTAR ISI

Persetujuan Ketua Program Studi ................................................................ i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Daftar Gambar ..............................................................................................  iv
A.    Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B.    Identifikasi Masalah................................................................................ 3
C.    Pembatasan Masalah............................................................................... 4
D.    Rumusan Masalah................................................................................... 4
E.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................. 4
F.     Sistematika Penulisan............................................................................. 6
G.    Tinjauan Pustaka..................................................................................... 7
1.     Biaya ................................................................................................. 8
2.     Harga Pokok Produksi....................................................................... 19
H.    Metode Penelitian.................................................................................... 31
I.       Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 32
J.      Teknik Analisa Data................................................................................ 33
K.    Jadwal dan Tempat Penelitian................................................................. 34
L.     Company Profile PT. Timah Industri ..................................................... 35
Daftar Pustaka.............................................................................................. 42
Lampiran Lembar Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran Daftar Riwayat Hidup



DAFTAR GAMBAR


Gambar 1. Business History.......................................................................... 36
Gambar 2. Denah Lokasi............................................................................... 37
Gambar 3. Struktur Korporat & Organisasi Perusahaan.............................. 39
Gambar 4. Flow Proses Bisnis .....................................................................  41


PERLAKUAN HARGA LOGAM TIMAH DI BURSA DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI TIN SOLDER PADA PERUSAHAAN
PT. TIMAH INDUSTRI

A.      Latar Belakang Masalah
Timah solder merupakan salah satu bahan yang diperlukan untuk menyambung maupun melepas suatu komponen di papan PCB[1]. Timah solder terbuat dari campuran lebih dari satu jenis logam, atau dikenal dengan istilah alloy. Dua jenis logam yang lazim digunakan dibidang elektronika adalah timah (Sn) dan timbal (Pb), dengan berbagai macam perbandingan campuran. Perbandingan campuran ini dinyatakan melalui angka persentase perbandingan timah/timbal (Sn/Pb), sebagai contoh 60/40 dan 63/37. Jenis logam lain, seperti perak (Ag) dan tembaga (Cu), juga dapat ditambahkan dalam jumlah kecil untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Perbandingan campuran timah dan timbal mempengaruhi karakteristik timah solder, antara lain kekuatan sambungan solder, kelancaran aliran timah solder cair, titik lebur timah solder dan mekanisme perubahan wujud timah solder dari padat menjadi cair dan sebaliknya.
 Dipasaran, tersedia berbagai macam jenis timah solder dengan spesifikasi yang berbeda-beda, dan tentu saja diperuntukkan bagi pekerjaan


yang berbeda pula. Di dalam menentukan pilihan jenis timah solder yang tepat, perlu diketahui sekilas tentang karakteristik utama timah solder dan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik tersebut
Dalam perkembangannya, penggunaan bahan baku timah cenderung meningkat sejalan dengan berkembang pesatnya teknologi. Dimana hampir setiap perangkat keras baik dibidang otomotif maupun elektronik pasti menggunakan timah untuk menyatukan satu komponen dengan komponen lainnya. Peningkatan penggunaan timah di dunia mendorong pengusaha-pengusaha khususnya di Indonesia berbondong-bondong menambang dan menjual logam timah. Sehingga mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam ini. Melihat hal ini, pemerintah membuat sebuah kebijakan yang mengatur tentang penjualan timah ke luar negeri guna melestarikan cadangan timah di Indonesia dengan diterbitkannya Permendag No. 33 Th 2015 tentang Ketentuan Ekspor Timah. Dalam Permendag ini, mengatur jumlah dan ketentuan spesifikasi timah yang dapat di ekspor ke luar negeri baik timah logam, solder maupun lainnya yang mengandung unsur timah.
Di Indonesia, pembelian logam timah ditentukan oleh ICDX, hal ini sesuai kebijakan pemerintah agar penjualan mineral dari Indonesia dikelola satu pintu oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah. Keputusan ini memiliki dampak bagi perusahaan-perusahaan yang menggunakan logam timah sebagai bahan baku. Dengan adanya peraturan tersebut, beberapa perusahaan tidak dapat membeli logam timah langsung ke supplier dengan harga yang relative lebih murah. Di lain pihak, beberapa Negara khususnya China dapat memperoleh bahan baku yang lebih murah sehingga menghasilkan produk dengan harga yang lebih bersaing di pasaran.
Harga pasaran yang relative lebih murah merupakan efek dari kebijakan perusahaan-perusahan china yang tentunya cukup menjadikan tantangan bagi perusahaan lokal. Di lain pihak, kebijakan pemerintah yang mewajibkan perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia agar membeli logam timah berdasarkan harga bursa menimbulkan tantangan tersendiri karena sulitnya perusahaan-perusahaan tersebut dalam mengatur dan menghitung Harga Pokok Produksi untuk produk tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Harga Logam Timah di Bursa dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Tin Solder Pada Perusahaan PT. Timah Industri”

B.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
a.      Dampak dari kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 33 Tahun 2015 dalam penentuan Harga Pokok Produksi Tin Solder.
b.     Biaya bahan baku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual Tin Solder.
c.      Faktor-faktor yang dapat membantu dalam pengoptimalan Harga Pokok Produksi Tin Solder.
d.     Dampak bagi perusahaan jika membeli logam timah langsung dari supplier/penambang.

C.      Pembatasan Masalah
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam proses penentuan Harga Pokok Produksi Tin Solder maka perlu adanya pembatasan masalah, penelitian ini akan dibatasi pada analisa peranan harga logam pada bursa dalam menentukan harga pokok produksi Tin Solder dengan merk BANKAESA®.

D.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.     Apakah pengaruh diterbitkannya Permendag No 33 Tahun 2015 bagi perusahaan hilir timah di Indonesia?
2.     Bagaimana strategi manajemen untuk meminimalisir harga pokok produksi tin solder?
3.     Apakah resiko yang diterima perusahaan jika membeli logam timah langsung dari supplier tanpa melalui bursa?


E.      Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
a.      Tujuan Penelitian
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki sebuah tujuan. Demikian pula dengan penelitian ini yang memiliki beberapa tujuan yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu:
1.     Mengetahui pengaruh diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan No. 33 tahun 2015 terhadap harga Pokok Produksi Tin Solder.
2.     Mengetahui strategi yang harus diberlakukan oleh Perusahaan dalam meminimalisir Harga Pokok Produksi Tin Solder.
3.     Mengetahui resiko yang diterima perusahaan jika membeli logam timah langsung dari supplier tanpa melalui bursa.

b.     Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan antara lain adalah:
1.     Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dalam hubungan dengan evaluasi penentuan harga pokok produksi dan akuntansi yang ada didalam lapangan kerja dan cara pengembalian modal yang berbeda dengan keadaan yang ada dilapangan atau sesunguhnya.
2.     Bagi perusahaan 
Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan dari kebijaksanaan yang telah ditentukan pemilik dalam menetukan harga pokok produksi


3.     Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu akuntansi pada khususnya.
4.     Bagi Lembaga
Sebagai bahan referensi yang dapat berguna sebagai informasi dan pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa atau pihak umum khususnya tentang analisa penerapan biaya standar.

F.       Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka penulis menguraikannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan Kegunaan penelitian waktu, tempat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan secara singkat dasar teori mengenai pengertian biaya, Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan.


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut, analisa data dan hasil analisa serta pembahasannya yang disesuaikan dengan metode penelitian bab tiga, sehingga akan memberikan perbandingan hasil penelitian dan kriteria yang ada dan pembuktian kebenaran dari hipotesis serta jawaban-jawaban dari pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang ringkasan jawaban terhadap permasalahan dan penelitian dan saran yang diusulkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

G.     Tinjauan Pustaka
Agar penelitian ini dapat terarah dengan baik, maka perlu adanya ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan hal-hal yang di teliti.



a.     Biaya 
1.     Pengertian Biaya
Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat digunakan untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan ekonomi. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang masing masing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan pengertian definisi dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam menjalankan tujuan sehari-hari. Ketidaktepatan atau kesalahtafsiran biaya, bisa berakibat pembuatan keputusan yang kurang tepat. Para akuntan, ekonom dan teknisi, dari masing-masing bagiannya memiliki dan menggunakan konsep yang meskipun tidak bertentangan satu dengan yang lainnya namun tetap tampak adanya perbedaan. Maka dari itu tidak mudah untuk mendefinisikan atau menjelaskan istilah biaya tanpa menimbulkan kesangsian atau keragu-raguan akan akuntan yang mencoba merumuskan konsep atau pengertian biaya yang lazim digunakan dalam dunia akuntansi.
Adapun pengertian biaya ada beberapa pendapat yang mengemukakan: Menurut Lesmono biaya adalah harga pokok yang dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan. Contoh bila perusahaan mempunyai sejumlah bahan yang dibeli dengan harga tertentu, kemudian sebagian dipakai untuk membuat barang, maka nilai bahan yang dipakai disebut biaya bahan. Biaya bahan tersebut sebagian diambilkan dari harga pokok bahan. Menurut Harnanto biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Menurut Supriyono biaya didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Dengan kata lain biaya adalah harga perolehan barang atau jasa yang diperlukan oleh organisasi. Besarnya biaya diukur dalam satuan moneter, di Indonesia adalah rupiah, yang jumlahnya dipengaruhi oleh transaksi dalam rangka pemilihan barang dan jasa tersebut. Menurut Mulyadi definisi biaya dibagi atas dua yaitu biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya sebagai suatu pengorbanan atas sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu yang bermanfaat pada saat ini atau pada masa yang akan datang (pendapatan). Istilah biaya, kadang-kadang dianggarkan sinonim dengan (1) harga pokok dan (2) beban dari sesuatu atau tujuan tertentu tersebut. Sebagai harga pokok, biaya dapat diukur atau merupakan harga pertukaran atas sumber ekonomis yang dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu barang, jasa atau aktiva. Tetapi kadang-kadang juga diukur berdasar harga pasar dan aktiva yang didapat. Sedangkan biaya sebagai beban adalah apabila pengorbanan yang diperlukan itu terjadi dalam rangka merealisasikan pendapatan.
Dengan demikian, jika dari cara bagaimana perusahaan pada umumnya berupaya untuk menghasilkan laba, maka perbedaan antara harga pokok dan beban semata-mata terletak pada faktor waktu. Harga pokok pada hakekatnya adalah biaya yang melekat pada suatu aktiva yang belum dikonsumsikan atau digunakan dalam upaya merealisasikan pendapatan dalam suatu periode dan akan dikonsumsikan di kemudian hari. Sedangkan beban adalah biaya (dalam bentuknya bisa berupa aktiva) yang dikonsumsikan atau digunakan untuk merealisasikan pendapat dalam suatu periode akuntansi.
a) Biaya Produk Bersama (Joint Product cost)
Jika beberapa jenis produk gabungan atau produk sampingan yang berbeda dihasilkan dari faktor biaya yang sama, maka akan timbul biaya gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pemisahan. Yang termasuk joint cost tidak hanya biaya bahan, akan tetapi semua biaya yang terjadi dalam proses produksi sampai produk dapat dipisahkan (Split-off point).


b) Common Cost
Common Cost berkaitan dengan pemakaian fasilitas secara bersama oleh dua pemakai atau lebih. Yang termasuk dalam Common Cost adalah biaya yang terjadi di Departemen Jasa yang kemudian dialokasikan ke departemen produksi
 
2.     Obyek Biaya
Pada dasarnya obyek biaya adalah setiap kegiatan atau aktivitas yang memerlukan adanya pengukuran atau penentuan biayanya secara tersediri. Dengan kata lain, jika pemakai informasi akuntansi ingin mengetahui berapa besarnya biaya untuk sesuatu (mengukur), maka sesuatu itu disebut sebagai obyek biaya. Dalam pengertian demikian obyek biaya bisa berupa produk, jasa, bagian atau departemen tertentu dalam suatu perusahaan, dan segala sesuatu yang membuat kita ingin mengetahui seberapa banyak sumber-sumber ekonomi yang diperlukan (mengukur) untuk mewujudkan atau merealisasikannya. Karena obyek biaya terdapat pada setiap perusahaan atau organisasi, apapun jenis usaha dan kegiatannya, maka akuntansi biaya sebagai suatu sistem informasi yang tidak hanya dapat diaplikasikan tetapi lebih dari itu dan diperlukan oleh perusahaan yang bergerak baik di bidang perdagangan maupun jasa.
Dalam akuntansi, proses penentuan harga pokok atau perhitungan biaya untuk melaksanakan sesuatu kegiatan disebut costing. Proses itu sendiri harus dilakukan secara sistematis yang meliputi tahap-tahap pengumpulan biaya, penggolongan ke dalam berbagai kategori, misalnya biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan kemudian pengalokasiannya kepada obyekobyek biaya. Dalam hal ini terdapat berbagai metode alternatif pengumpulan, penggolongan dan alokasi biaya kepada obyek-obyek biaya. Namun demikian, diantara ketiga tahap tersebut tahap penggolongan biaya perlu mendapatkan perhatian khusus. Ini disebabkan oleh karena hakikat dan relevansi informasi akuntansi, termasuk biaya, antara lain tercermin pada cara informasi tersebut diklasifikasikan.  

3.     Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya menurut Supriyono adalah proses pengelompokan secara sistematis atau keseluruhan elemen-elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih mempunyai arti atau lebih penting. Dalam akuntansi biaya umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep “different costs for different purposes”. Dalam penggolongan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari biaya yang disajikan. Ada beberapa cara penggolongan biaya yang sering dilakukan, antara lain:
1)      Penggolongan biaya menurut hubungan sesuatu yang dibiayai.
Biaya dapat dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai atau obyek pembiayaan. Jika perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka sesuatu yang dibiayai tersebut adalah produk. Sedangkan jika perusahaan menghasilkan jasa maka sesuatu yang dibiayai tersebut adalah jasa. Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai tersebut, biaya dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a)       Biaya langsung (Direct cost).
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Sesuatu yang dibiayai dalam hal ini dapat berupa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk membuat sesuatu produk. Sedangkan dalam hubungannya dengan departemen, dibagi menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.
b)      Biaya Tidak Langsung (Indirect cost).
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh adanya sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung, tidak mudah diidentifikasikan dengan produk. Gaji mandor yang diawasi pembuatan produk, A, B, dan C merupakan biaya yang tidak langsung bagi produk A, B, C karena gaji mandor tersebut terjadi bukan karena perusahaan memproduksi satu macam produk. Jika perusahaan memproduksi satu macam produk, maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik (factory overhead costing).

2)      Pengolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan.
Pada perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu di dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a)     Biaya Produksi
Biaya  Produksi  merupakan biaya-biaya  yang  terjadi  untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
1)   Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi, dan yang dapat di masukan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan meubel merupakan bagian dari barang jadi, namun agar perhitungan biaya meubel tersebut bisa di lakukan dengan tepat, bahan ini dapat di klasifikasikan ke dalam bahan baku tidak langsung. Dari penjelasan tersebut,  lebih mudah di pahami jika di lihat pada di rumus di bawah ini;
Volume total bahan baku  = bahan baku per unit x volume  produksi
Bahan baku yang di beli     = volume total bahan baku + persedian akhir  - persedian awal
Nilai pembelian bahan baku = bahan baku yang akan di beli x harga per unit
2)   Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang di berikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat di identifikasikan atau di ikuti jejak nya pada produk tertentu yang di hasilkan perusahaan . Biaya ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.
3)   Biaya overhead pabrik
Yang di sebut overhead pabrikas atau beban pabrik dapat didefinisikan sebagai biaya dari bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat di bebankan langsung ke produk. Secara sederhana overhead pabrik mencakup semua biaya pabrikasi kecuali bahan langsung dan pekerja langsung. Bahan baku tidak langsung adalah semua bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk , tetapi pemakaian nya kecil sehingga tidak dapat di anggap sebagai bahan baku langsung. Bahan-bahan seperti minyak pelumas, minyak gemuk, lap pembersih, termasuk dalam pembekalan pabrik yang merupakan bahan baku tidak langsung yang di perlukan untuk menjaga agar lokasi kerja dan mesin-mesin tetap dalam keadaan siap pakai dan aman. Dan tenaga kerja tidak langsung adalah para karyawan yang di kerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi pembuatan atau pembentukan barang jadi. Biaya pekerja tidak langsung meliputi gaji para penyelia (supervisor), kepala gudang dan pekerja lain nya yang bertugas dalam kerja pemeliharaan yang tidak secara langsung berkaitan dengan produksi.
a)     Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya pendalaman dinas, biaya gaji manajer pemasaran dan lain-lain.
b)     Biaya Administrasi dan Umum
Merupakan biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya telepon, biaya peralatan kantor, dan lain-lainnya. 
4)      Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Penggolongan biaya sesuai dengan aktivitas perusahaan terutama untuk tujuan perencanan, pengendalian serta pengembangan keputusan.
Berdasarkan perilakunya terhadap kegiatan perusahaan biaya dapat dikelompokkan  menjadi:
a)       Biaya Tetap (Fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Karakteristik biaya tetap adalah: 
1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkat tertentu.
2) Pada biaya tetap, biaya persatuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya per satuan.

b)       Biaya Variabel (Variable cost)
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya variabel. Elemen biaya variabel ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variable. Karakteristik biaya variabel adalah biaya  persatuan dipengaruhi  oleh perubahan volume kegiatan.
c)       Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah minimal untuk menyediakan produk dan jasa. Sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh kegiatan. Karakteristik biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding, biaya akan berbanding terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan. 



b.      Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi atau products cost merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok produksi mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya: laba kotor penjualan, laba bersih. Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga pokok produknya, perubahan pada harga pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak signifikan pada indikator keberhasilannya.
Harga pokok produksi pada dasarnya menunjukan harga pokok produk (barang dan jasa) yang diproduksikan dalam suatu periode akuntansi tertentu. Hal ini berarti bahwa harga pokok produksi merupakan bagian dari harga pokok, yaitu harga pokok dari produk yang terjual dalam suatu periode akuntansi. Definisi harga pokok sebagai berikut: “Harga pokok dapat berarti sebagai bagian dari harga perolehan suatu aktiva yang ditunda pembebanannya dimasa yang akan datang”[2]. Menurut Lesmono harga pokok adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang dan jasa yang diukur dengan nilai mata uang. Besarnya biaya diukur dengan berkurangnya atau timbulnya utang. Mulyadi mengungkapkan bahwa biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam proses[3]. Harga pokok produksi atau disebut harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Mulyadi lebih lanjut menjelaskan bahwa, biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya-biaya dalam penentuan harga pokok produksi terdiri dari tiga unsur:
1.       Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya bahan yang dipakai untuk diolah dan akan menjadi bahan produk jadi. Bahan dari suatu produk merupakan bagian terbesar yang membentuk suatu produk jadi, sehingga dapat diklasifikasikan secara langsung dalam harga pokok dari setiap macam barang tersebut.  
2.       Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan produksi baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung turut ikut mengerjakan produksi barang yang bersangkutan.
3.       Biaya Overhead Pabrik
Merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada suatu hasil produk. Biaya ini meliputi biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 

a.       Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Pada dasarnya tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk menentukan secara tepat jumlah biaya perunit produk jadi, sehingga dapat diketahui laba atau rugi suatu perusahaan per periode. Manfaat dari penentuan harga pokok produksi secara garis besar adalah sebagai berikut:
a)       Menentukan Harga Jual Produk
Perusahaan yang berproduksi massal memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Penentuan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non biaya. 
b)       Memantau Realisasi Biaya Produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.


c)       Menghitung Laba Rugi Periodik
Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto. Manajemen memerlukan ketepatan penentuan laba periodik, sedangkan laba periodik yang tepat harus berdasarkan informasi biaya dan penentuan biaya yang tepat pula.
d)       Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan dalam Neraca.
Saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban per periode, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi yang menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Berdasarkan catatan biaya produksi yang masih melekat pada produk jadi yang belum di jual pada tanggal neraca serta dapat diketahui biaya produksinya. Biaya yang melekat pada produk jadi pada tanggal neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses. 

b.     Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
Untuk menentukan harga pokok produksi yang mutlak diperlukan dasar penilaian dan penentuan laba rugi periodik. Biaya produksi perlu diklasifikasikan menurut jenis atau obyek pengeluarannya. Hal ini penting agar pengumpulan data biaya dan alokasinya yang seringkali menuntut adanya ketelitian yang tinggi, seperti misalnya penentuan tingkat penyelesaian produk dalam proses pada produksi secara massal dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat tiga unsur-unsur harga pokok produksi yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
a)       Biaya Bahan Baku
  Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk selesai dan pemakaiannya dapat diikuti jejaknya. Biaya bahan baku adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai dalam kegiatan pengolahan produk. Biaya ini meliputi harga pokok dari semua bahan yang secara praktis dapat diidentifikasi sebagai bahan dari produk selesai. Misalnya, papan atau kayu pada perusahaan produsen mebel, pasir dan semen pada perusahaan tegel, kain pada perusahaan konveksi. Tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan suatu produk diklasifikasikan sebagai bahan baku. Paku dan lem pada perusahaan produsen mebel umpamanya, mungkin tidak diklasifikasi sebagai bahan baku. Ini disebabkan oleh karena biaya yang didapat dari ketelitian harga pokok produksinya. Bahan-bahan yang relatif kecil nilainya sepeti itu disebut bahan penolong dan diklasifikasikan sebagai bagian produksi tidak langsung.
b)      Biaya Tenaga Kerja Langsung
 Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja langsung dan jejak manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu. Biaya ini meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga kerja langsung yang secara praktis dapat diidentifikasikan dengan pengolahan bahan menjadi produk jadi atau setengah jadi. Gaji dan upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh biaya tenaga kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksanaya kegiatan produksi mungkin saja tidak digolongkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Karena itu, terhadap gaji dan upah tenaga kerja dibebakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi semua biaya (gaji/upah) tenaga kerja bagian produksi yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pengerjaan bahan menjadi produk jadi. Gaji dan upah mandor adalah salah satu contoh dari biaya tenaga kerja tidak langsung. Sebagai contoh gaji karyawan keamanan yang menjaga keamanan lokasi produksi dimana tanpa penjagaan, proses produksi dapat terganggu.
c)       Biaya Overhead Pabrik
  Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik meliputi juga biaya bahan penolong, gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya. Biaya depresiasi, dan amortisasi aktiva tetap, serta biaya asuransi umpamanya, merupakan contoh dari biaya overhead pabrik. Untuk menentukan harga pokok produk sebagai dasar penilaian persediaan, terdapat perbedaan yang fundamental tentang apa yang harus dilakukan terhadap biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik. Untuk biaya produksi langsung pengumpulan data biayanya dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen transaksi seperti misalnya Form Permintaan Bahan (FPB) untuk bahan baku, dan kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung ke dalam dokumen itu dicatat data kuantitas dan harga atau tarip per satuannya. Setiap kali terjadi transaksi pemakaian bahan baku atau pelaksanaan, satuan order produksi. Lain halnya dengan biaya overhead pabrik, biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara langsung kepada masingmasing produk berdasarkan suatu taksiran. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan pada umumnya menentukan jumlah biaya overhead pabrik untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun, kemudian membebankannya kepada produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tersebut berdasarkan tarif tertentu.

c.      Metode Penentuan Harga Pokok
Metode penentuan harga pokok produk adalah menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Ada dua jenis utama dalam membebankan biaya ke produk. Kedua jenis tersebut adalah:
a)       Metode penentuan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)
Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan dimulai setelah ada pesanan dari langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Pesanan penjualan merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan. Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya (Cost Object) adalah unit produk individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job.
b)      Metode penentuan Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogen dan jenis produk bersifat standar. Ada dua metode yang umum di gunakan yaitu metode weighted average cost dan metode First In First Out (FIFO).
Daljono menyebutkan pada metode ini yang menjadi obyek biayanya adalah produk yang bersifat massa (masses product) dimana tiap unitnya identik. Tujuan produksinya bukan untuk memenuhi pesanan pelanggan, akan tetapi untuk persediaan barang jadi yang disimpan di Gudang Barang Jadi dan nantinya dijual ke konsumen. Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, muncul metode baru dalam perhitungan Harga Pokok Produksi yaitu:
Metode Activity-Based Costing (ABC) System
Activity-Based Costing System merupakan metode perbaikan dari Sistem Tradisional. Activity-Based Costing System ini merupakan metode perhitungan biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat dan relevan. Pada metode ini, seluruh Biaya Tidak Langsung dikelompokkan sesuai dengan aktivitas masing-masing, kemudian masing-masing kelompok biaya (Cost Pool) tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasar aktivitasnya masingmasing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas dalam setiap Cost Pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat.
Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat beberapa pendekatan yaitu metode full costing dan variable costing.
1. Metode Full costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan awal                                           xxx
Biaya bahan baku                       xxx
Biaya tenaga kerja langsung      xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead pabrik tetap      xxx +
Total biaya produksi                                    xxx 
Persediaan akhir                                          (xxx)
Harga pokok produksi                                  xxx
Dengan demikian harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2.  Metode Variabel costing
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan awal                                                xxx
Biaya bahan baku                            xxx
Biaya tenaga kerja langsung           xxx
Biaya overhead pabrik variabel      xxx +
Total biaya produksi                                         xxx 
Persediaan akhir                                              (xxx)
Harga pokok produksi                                      xxx
Dengan demikian harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).
Metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Dalam full costing biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel dibebankan kepada produk atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Sedangkan dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk hanya biaya yang berperilaku saja. Menurut metode harga pokok penuh selisih antara tarif yang ditentukan di muka dengan Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok produk yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
Terdapat perbedaan dalam penyajian laporan rugi laba antara metode harga pokok penuh dan metode harga pokok variabel, terutama dasar yang digunakan dalam klasifikasi biaya.

H.      Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang membahas tentang Harga Pokok Produksi telah di teliti oleh Ilham[4] namun pembahasan harga penggunaan bahan baku dilakukan secara umum dan tidak khusus untuk bahan baku yang dibeli di bursa. Hasil yang diperoleh dari penelitian bahwa peranan harga bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sangat berpengaruh terhadap hasil perhitungan Harga Pokok Produksi. Semakin besar harga bahan baku yang digunakan maka semakin besar pula Harga Pokok Produksi yang dihasilkan. Namun tingkat kerugian tidak dapat dibandingkan dari besar kecilnya Harga Pokok Produksi melainkan sejauh mana perusahaan dapat menjual produk yang dihasilkan. Jika harga penjualan produk masih diatas Harga Pokok Produksi maka perusahaan berkesempatan mendapat keuntungan dari hasil penjualannya.

I.        Metode Penelitian
Metode pendekatan penelitian yang diambil yakni metode kualitatif deskriptif, yaitu merupakan penelitian yang mendeskripsikan karakteristik masalah yang berkaitan dengan karakteristik dari subjek yang diteliti. Penelitian ini menekankan pemahaman mengenai peranan harga logam timah di bursa dalam menentukan  Harga Pokok Produksi Tin Solder pada perusahaan PT. Timah Industri.

J.       Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah data primer dan data sekunder.
1.       Data primer merupakan data yang diperoleh dari observasi dan hasil wawancara langsung dari obyek penelitian yaitu PT. Timah Industri. Data primer tersebut terdiri dari data biaya standar bahan baku PT. Timah Industri, data kuantitas aktual bahan baku PT. Timah Industri, dan program pengendalian biaya bahan baku PT. Timah Industri.
2.       Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber seperti buku, laporan, jurnal, internet, dan lain-lain.

K.      Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan penelitian dan dilakukan  setelah peneliti selesai membuat desain penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data diantaranya:
a)     Metode Observasi (Pengamatan)
Metode observasi merupakan metode pencarian data dengan melihat langsung ke lapangan, sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara langsung melalui pekerja pada satuan kerja terkait. Data yang diperoleh berasal dari penelitian dan pengamatan langsung ke lapangan pada hal-hal yang berkaitan dengan biaya bahan baku pada PT. Timah Industri.
b)     Metode Interview (Wawancara)
Metode Interview merupakan metode yang dilakukan penulis dengan cara mewawancarai secara langsung pegawai atau satuan kerja yang berkaitan mengenai bidangnya untuk mendapatkan penjelasan mengenai data dan informasi yang dibutuhkan. Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang ditunjuk atau dengan orang yang berwenang yang ada relevansinya dengan data dan penjelasan masalah yang akan dibahas.
c)     Dokumentasi
Penulis melakukan studi pengumpulan data dari buku-buku atau hand book, dokumen pembelian, online report dan sumber tertulis lainnya sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan topik yang ditulis.

L.      Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang sudah dibaca, dibaca, dan diinterpretasikan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Full costing yang merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi dengan menghitung semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan  biaya overhead pabrik, baik bersifat variable maupun tetap. Unsur-unsur biaya produksi  terdiri dari:
1.     Biaya bahan baku
2.     Biaya tenaga kerja langsung
3.     Biaya overhead pabrik variable
4.     Biaya overhead pabrik tetap
Secara umum untuk menentukan harga produksi pada PT. Timah Industri di gunakan rumus sebagai berikut :
Biaya produksi = BBB + BTKL + BOP
Keterangan :
BBB              = biaya bahan baku
BTKL            = biaya tenaga kerja langsung
BOP              = biaya overhead pabrik

M.     Jadwal dan Tempat Penelitian
a.      Jadwal Penelitian
Rencana penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret s.d April 2017 dengan rincian sebagai berikut:
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Penyusunan Proposal




















2
Sidang Proposal




















3
Pengumpulan Data




















4
Analisa Data




















5
Penyusunan Laporan




















6
Sidang Skripsi





















b.     Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di PT. Timah Industri, yang beralamat di Jl. Eropa I Kav. A3 Kawasan Industri KIEC CIlegon, 42435. Banten, Indonesia. Telp. +62 254 3150000, Fax. +62 254 311550


N.      Company Profile  PT. Timah Industri
1.     Sejarah Perusahaan
PT. Timah Industri merupakan anak perusahaan PT. Timah (persero) Tbk yang bergerak dibidang hillir timah dan mineral. Didirikan pada tahun 1998, dengan fokus produksi dibidang manufaktur dan pelayanan engineering. Pada tahun 2009, PT. Timah Industri merubah fokus bisnis dari engineering dan Industri manufaktur ke downstream industri untuk mensupport induk perusahaan dengan membangun pabrik Tin Stabilizer kapasitas 10,000 MT per tahun di Kawasan Industri Krakatau KIEC, Cilegon. Sejalan perkembangannya, PT. Timah Industri mulai menambah bisnis usaha dengan mendirikan pabrik-pabrik baru di tahun 2015 yaitu Pabrik Intermediate kapasitas 8000 MT per tahun, Pabrik Stannic Chloride kapasitas produksi 500 MT per tahun dan Tin Solder dengan kapasitas produksi 5000 MT per tahun.
























2.     Visi dan Misi
Visi:
Menjadi Perusahaan Industri Hilir Timah Terkemuka di Dunia
Misi:
1.   Membangun Sumber Daya Manusia yang Kompeten pada industri hilir timah;
2.   Memperkuat Daya Saing dan Nilai Tambah Produk Hilir Timah;
3.   Mendongkrak Penggunaan Produk Hilir Timah di Dalam Negeri.

Dalam mendukung visi dan misi yang telah ditetapkan, PT. Timah Industri juga membentuk budaya kerja, yaitu: Commit, Comply, Care, Controll dan Capable












4.     Produk dan Aplikasi
Produk yang dihasilkan oleh PT. Timah Industri diantaranya adalah:
Product
Brand
Capacity
Remark
1.     Methyltin Stabilizer
BANKASTAB MT Series
10,000 TPA
Food Contact
2.     Methyltin Intermediate (DMTDCl)
BANKASTAB DMT Series
8,000 TPA
-
3.     Stannic Chloride (SnCl4)
BANKASTANNIC
500 TPA
-
4.     Tin Solder
BANKAESA
5,000 TPA
-










Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

please comment:

Postingan Populer