PROPOSAL SKRIPSI PERANAN HARGA LOGAM TIMAH DI BURSA DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI TIN SOLDER PADA PERUSAHAAN PT. TIMAH INDUSTRI
PERANAN
HARGA LOGAM TIMAH DI BURSA DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI TIN SOLDER
PADA PERUSAHAAN
PT.
TIMAH INDUSTRI
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Disusun
Oleh :
Bancir
Cucun Sunarya
NPM : 2013030556
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI
AL-KHAIRIYAH
CILEGON
2017
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
AL-KHAIRIYAH CILEGON
PROGRAM STUDI: AKUNTANSI
TANDA PERSETUJUAN
Nama : Bancir
Cucun Sunarya
NIM : 2015030556
Program
Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Judul Skripsi : Peranan Harga Logam Timah di
Bursa dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Tin Solder Pada Perusahaan PT.
Timah Industri
Cilegon, 28 Maret 2017
|
|
|
|
Menyetujui
Ketua
Program Studi
Hj.
Gema Ika Sari, SE,.M.Ak
|
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini disusun untuk
melengkapi tugas guna memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pada STIE
Al-KHAIRIYAH. Adapun judul dari penulisan skripsi ini ialah “Peranan Harga Logam
Timah di Bursa dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Tin Solder Pada Perusahaan
PT. Timah Industri”.
Dalam penulisan skripsi ini tentu saja masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangannya yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Walaupun demikian, penulis telah
berusaha menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Oleh karena
itu apabila terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, penulis dengan
senang hati siap menerima saran dan kritik dari para pembaca.
Akhir kata, semoga Penulisan ini dapat memberi
manfaat dan kebaikan bagi semua pihak yang membutuhkan, dan semoga ilmu yang
ada di Penulisan ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam ridho dan berkah
dari-Nya.
Cilegon, Februari 2017
Penulis
(Bancir Cucun Sunarya)
DAFTAR
ISI
Persetujuan
Ketua Program Studi ................................................................ i
Kata
Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar
Isi ....................................................................................................... iii
Daftar
Gambar .............................................................................................. iv
A.
Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah................................................................................ 3
C.
Pembatasan Masalah............................................................................... 4
D.
Rumusan Masalah................................................................................... 4
E.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................. 4
F.
Sistematika Penulisan............................................................................. 6
G.
Tinjauan Pustaka..................................................................................... 7
1.
Biaya ................................................................................................. 8
2.
Harga Pokok Produksi....................................................................... 19
H.
Metode Penelitian.................................................................................... 31
I.
Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 32
J.
Teknik Analisa Data................................................................................ 33
K.
Jadwal dan Tempat Penelitian................................................................. 34
L.
Company Profile PT. Timah Industri ..................................................... 35
Daftar
Pustaka.............................................................................................. 42
Lampiran
Lembar Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
1. Business History..........................................................................
36
Gambar
2. Denah Lokasi...............................................................................
37
Gambar
3. Struktur Korporat & Organisasi Perusahaan.............................. 39
Gambar
4. Flow Proses Bisnis ..................................................................... 41
PERLAKUAN
HARGA LOGAM TIMAH DI BURSA DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI TIN SOLDER
PADA PERUSAHAAN
PT.
TIMAH INDUSTRI
A.
Latar
Belakang Masalah
Timah solder merupakan salah satu bahan
yang diperlukan untuk menyambung maupun melepas suatu komponen di papan PCB[1]. Timah
solder terbuat dari campuran lebih dari satu jenis logam, atau dikenal dengan
istilah alloy. Dua jenis logam yang
lazim digunakan dibidang elektronika adalah timah (Sn) dan timbal (Pb),
dengan berbagai macam perbandingan campuran. Perbandingan campuran ini
dinyatakan melalui angka persentase perbandingan timah/timbal (Sn/Pb), sebagai contoh 60/40 dan 63/37.
Jenis logam lain, seperti perak (Ag)
dan tembaga (Cu), juga dapat
ditambahkan dalam jumlah kecil untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Perbandingan campuran timah dan timbal
mempengaruhi karakteristik timah solder, antara lain kekuatan sambungan solder,
kelancaran aliran timah solder cair, titik lebur timah solder dan mekanisme
perubahan wujud timah solder dari padat menjadi cair dan sebaliknya.
Dipasaran,
tersedia berbagai macam jenis timah solder dengan spesifikasi yang
berbeda-beda, dan tentu saja diperuntukkan bagi pekerjaan
yang
berbeda pula. Di dalam menentukan pilihan jenis timah solder yang tepat, perlu
diketahui sekilas tentang karakteristik utama timah solder dan faktor-faktor
yang mempengaruhi karakteristik tersebut
Dalam perkembangannya, penggunaan bahan
baku timah cenderung meningkat sejalan dengan berkembang pesatnya teknologi.
Dimana hampir setiap perangkat keras baik dibidang otomotif maupun elektronik
pasti menggunakan timah untuk menyatukan satu komponen dengan komponen lainnya.
Peningkatan penggunaan timah di dunia mendorong pengusaha-pengusaha khususnya
di Indonesia berbondong-bondong menambang dan menjual logam timah. Sehingga
mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam ini. Melihat hal ini, pemerintah
membuat sebuah kebijakan yang mengatur tentang penjualan timah ke luar negeri
guna melestarikan cadangan timah di Indonesia dengan diterbitkannya Permendag
No. 33 Th 2015 tentang Ketentuan Ekspor Timah. Dalam Permendag ini, mengatur
jumlah dan ketentuan spesifikasi timah yang dapat di ekspor ke luar negeri baik
timah logam, solder maupun lainnya yang mengandung unsur timah.
Di Indonesia, pembelian logam timah
ditentukan oleh ICDX, hal ini sesuai kebijakan pemerintah agar penjualan
mineral dari Indonesia dikelola satu pintu oleh lembaga yang ditunjuk
pemerintah. Keputusan ini memiliki dampak bagi perusahaan-perusahaan yang
menggunakan logam timah sebagai bahan baku. Dengan adanya peraturan tersebut,
beberapa perusahaan tidak dapat membeli logam timah langsung ke supplier dengan
harga yang relative lebih murah. Di lain pihak, beberapa Negara khususnya China
dapat memperoleh bahan baku yang lebih murah sehingga menghasilkan produk
dengan harga yang lebih bersaing di pasaran.
Harga pasaran yang relative lebih murah
merupakan efek dari kebijakan perusahaan-perusahan china yang tentunya cukup menjadikan
tantangan bagi perusahaan lokal. Di lain pihak, kebijakan pemerintah yang
mewajibkan perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia agar membeli logam
timah berdasarkan harga bursa menimbulkan tantangan tersendiri karena sulitnya
perusahaan-perusahaan tersebut dalam mengatur dan menghitung Harga Pokok Produksi
untuk produk tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Harga Logam
Timah di Bursa dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Tin Solder Pada Perusahaan
PT. Timah Industri”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan Latar
belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
a. Dampak
dari kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan
No. 33 Tahun 2015 dalam penentuan Harga Pokok Produksi Tin Solder.
b. Biaya
bahan baku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual Tin Solder.
c. Faktor-faktor
yang dapat membantu dalam pengoptimalan Harga Pokok Produksi Tin Solder.
d. Dampak
bagi perusahaan jika membeli logam timah langsung dari supplier/penambang.
C.
Pembatasan
Masalah
Karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam proses penentuan Harga Pokok Produksi
Tin Solder maka perlu adanya pembatasan masalah, penelitian ini akan dibatasi
pada analisa peranan harga logam pada bursa dalam menentukan harga pokok produksi
Tin Solder dengan merk BANKAESA®.
D.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah
pengaruh diterbitkannya Permendag No 33 Tahun 2015 bagi perusahaan hilir timah
di Indonesia?
2. Bagaimana
strategi manajemen untuk meminimalisir harga pokok produksi tin solder?
3. Apakah
resiko yang diterima perusahaan jika membeli logam timah langsung dari supplier
tanpa melalui bursa?
E.
Tujuan
Dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan
Penelitian
Dalam setiap kegiatan
yang dilakukan pasti memiliki sebuah tujuan. Demikian pula dengan penelitian
ini yang memiliki beberapa tujuan yang berhubungan dengan objek penelitian,
yaitu:
1. Mengetahui
pengaruh diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan No. 33 tahun 2015
terhadap harga Pokok Produksi Tin Solder.
2. Mengetahui
strategi yang harus diberlakukan oleh Perusahaan dalam meminimalisir Harga
Pokok Produksi Tin Solder.
3. Mengetahui
resiko yang diterima perusahaan jika membeli logam timah langsung dari supplier
tanpa melalui bursa.
b. Kegunaan
Penelitian
Sedangkan kegunaan atau
manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan antara lain adalah:
1. Bagi
Penulis
Untuk menambah
pengetahuan dalam hubungan dengan evaluasi penentuan harga pokok produksi dan
akuntansi yang ada didalam lapangan kerja dan cara pengembalian modal yang
berbeda dengan keadaan yang ada dilapangan atau sesunguhnya.
2. Bagi
perusahaan
Sebagai bahan evaluasi
terhadap pelaksanaan dari kebijaksanaan yang telah ditentukan pemilik dalam
menetukan harga pokok produksi
3. Bagi
Pihak Lain
Penelitian ini
diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
akuntansi pada khususnya.
4. Bagi
Lembaga
Sebagai bahan referensi yang
dapat berguna sebagai informasi dan pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa atau
pihak umum khususnya tentang analisa penerapan biaya standar.
F.
Sistematika
Penulisan Skripsi
Untuk memberikan
gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka penulis menguraikannya
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai Latar belakang masalah, Identifikasi masalah,
Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan Kegunaan penelitian waktu,
tempat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan secara singkat dasar teori mengenai
pengertian biaya, Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai Jenis Data, Teknik Pengumpulan
Data dan Teknik Analisa Data.
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan lebih
lanjut, analisa data dan hasil analisa serta pembahasannya yang disesuaikan
dengan metode penelitian bab tiga, sehingga akan memberikan perbandingan hasil
penelitian dan kriteria yang ada dan pembuktian kebenaran dari hipotesis serta
jawaban-jawaban dari pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah.
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang ringkasan jawaban terhadap
permasalahan dan penelitian dan saran yang diusulkan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan.
G.
Tinjauan
Pustaka
Agar penelitian ini
dapat terarah dengan baik, maka perlu adanya ruang lingkup penelitian yang
berkaitan dengan hal-hal yang di teliti.
a.
Biaya
1. Pengertian
Biaya
Pemahaman
mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat digunakan
untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan
ekonomi. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang masing
masing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan pengertian definisi
dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam menjalankan
tujuan sehari-hari. Ketidaktepatan atau kesalahtafsiran biaya, bisa berakibat
pembuatan keputusan yang kurang tepat. Para akuntan, ekonom dan teknisi, dari
masing-masing bagiannya memiliki dan menggunakan konsep yang meskipun tidak
bertentangan satu dengan yang lainnya namun tetap tampak adanya perbedaan. Maka
dari itu tidak mudah untuk mendefinisikan atau menjelaskan istilah biaya tanpa
menimbulkan kesangsian atau keragu-raguan akan akuntan yang mencoba merumuskan
konsep atau pengertian biaya yang lazim digunakan dalam dunia akuntansi.
Adapun
pengertian biaya ada beberapa pendapat yang mengemukakan: Menurut Lesmono biaya
adalah harga pokok yang dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh
pendapatan. Contoh bila perusahaan mempunyai sejumlah bahan yang dibeli dengan
harga tertentu, kemudian sebagian dipakai untuk membuat barang, maka nilai
bahan yang dipakai disebut biaya bahan. Biaya bahan tersebut sebagian
diambilkan dari harga pokok bahan. Menurut Harnanto biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber
ekonomi yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan
tertentu. Menurut Supriyono biaya didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis
yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Dengan kata lain biaya adalah
harga perolehan barang atau jasa yang diperlukan oleh organisasi. Besarnya
biaya diukur dalam satuan moneter, di Indonesia adalah rupiah, yang jumlahnya
dipengaruhi oleh transaksi dalam rangka pemilihan barang dan jasa tersebut.
Menurut Mulyadi definisi biaya dibagi atas dua yaitu biaya dalam arti luas dan
biaya dalam arti sempit. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya sebagai suatu pengorbanan atas
sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu
yang bermanfaat pada saat ini atau pada masa yang akan datang (pendapatan).
Istilah biaya, kadang-kadang dianggarkan sinonim dengan (1) harga pokok dan (2)
beban dari sesuatu atau tujuan tertentu tersebut. Sebagai harga pokok, biaya
dapat diukur atau merupakan harga pertukaran atas sumber ekonomis yang
dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu barang, jasa atau aktiva.
Tetapi kadang-kadang juga diukur berdasar harga pasar dan aktiva yang didapat.
Sedangkan biaya sebagai beban adalah apabila pengorbanan yang diperlukan itu
terjadi dalam rangka merealisasikan pendapatan.
Dengan
demikian, jika dari cara bagaimana perusahaan pada umumnya berupaya untuk
menghasilkan laba, maka perbedaan antara harga pokok dan beban semata-mata
terletak pada faktor waktu. Harga pokok pada hakekatnya adalah biaya yang
melekat pada suatu aktiva yang belum dikonsumsikan atau digunakan dalam upaya
merealisasikan pendapatan dalam suatu periode dan akan dikonsumsikan di
kemudian hari. Sedangkan beban adalah biaya (dalam bentuknya bisa berupa
aktiva) yang dikonsumsikan atau digunakan untuk merealisasikan pendapat dalam
suatu periode akuntansi.
a) Biaya Produk Bersama
(Joint Product cost)
Jika
beberapa jenis produk gabungan atau produk sampingan yang berbeda dihasilkan
dari faktor biaya yang sama, maka akan timbul biaya gabungan. Biaya gabungan
terjadi sebelum titik pemisahan. Yang termasuk joint cost tidak hanya biaya
bahan, akan tetapi semua biaya yang terjadi dalam proses produksi sampai produk
dapat dipisahkan (Split-off point).
b) Common Cost
Common
Cost berkaitan dengan pemakaian fasilitas secara bersama oleh dua pemakai atau
lebih. Yang termasuk dalam Common Cost adalah biaya yang terjadi di Departemen
Jasa yang kemudian dialokasikan ke departemen produksi
2. Obyek
Biaya
Pada
dasarnya obyek biaya adalah setiap kegiatan atau aktivitas yang memerlukan
adanya pengukuran atau penentuan biayanya secara tersediri. Dengan kata lain,
jika pemakai informasi akuntansi ingin mengetahui berapa besarnya biaya untuk
sesuatu (mengukur), maka sesuatu itu disebut sebagai obyek biaya. Dalam
pengertian demikian obyek biaya bisa berupa produk, jasa, bagian atau
departemen tertentu dalam suatu perusahaan, dan segala sesuatu yang membuat
kita ingin mengetahui seberapa banyak sumber-sumber ekonomi yang diperlukan
(mengukur) untuk mewujudkan atau merealisasikannya. Karena obyek biaya terdapat
pada setiap perusahaan atau organisasi, apapun jenis usaha dan kegiatannya,
maka akuntansi biaya sebagai suatu sistem informasi yang tidak hanya dapat
diaplikasikan tetapi lebih dari itu dan diperlukan oleh perusahaan yang
bergerak baik di bidang perdagangan maupun jasa.
Dalam
akuntansi, proses penentuan harga pokok atau perhitungan biaya untuk
melaksanakan sesuatu kegiatan disebut costing. Proses itu sendiri harus
dilakukan secara sistematis yang meliputi tahap-tahap pengumpulan biaya,
penggolongan ke dalam berbagai kategori, misalnya biaya bahan, biaya tenaga
kerja, biaya overhead pabrik, dan kemudian pengalokasiannya kepada obyekobyek
biaya. Dalam hal ini terdapat berbagai metode alternatif pengumpulan,
penggolongan dan alokasi biaya kepada obyek-obyek biaya. Namun demikian,
diantara ketiga tahap tersebut tahap penggolongan biaya perlu mendapatkan
perhatian khusus. Ini disebabkan oleh karena hakikat dan relevansi informasi
akuntansi, termasuk biaya, antara lain tercermin pada cara informasi tersebut
diklasifikasikan.
3. Penggolongan
Biaya
Penggolongan
biaya menurut Supriyono adalah proses pengelompokan secara sistematis atau
keseluruhan elemen-elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang
lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih mempunyai arti atau
lebih penting. Dalam akuntansi biaya umumnya penggolongan biaya ditentukan atas
dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam
akuntansi biaya dikenal konsep “different
costs for different purposes”. Dalam penggolongan biaya harus disesuaikan
dengan tujuan dari biaya yang disajikan. Ada beberapa cara penggolongan biaya
yang sering dilakukan, antara lain:
1) Penggolongan
biaya menurut hubungan sesuatu yang dibiayai.
Biaya
dapat dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai atau obyek pembiayaan.
Jika perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka sesuatu yang
dibiayai tersebut adalah produk. Sedangkan jika perusahaan menghasilkan jasa
maka sesuatu yang dibiayai tersebut adalah jasa. Dalam hubungan dengan sesuatu
yang dibiayai tersebut, biaya dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a) Biaya
langsung (Direct cost).
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang
penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Sesuatu yang
dibiayai dalam hal ini dapat berupa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung untuk membuat sesuatu produk. Sedangkan dalam hubungannya dengan
departemen, dibagi menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung
departemen.
b) Biaya
Tidak Langsung (Indirect cost).
Biaya tidak langsung adalah
biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh adanya sesuatu yang dibiayai.
Dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung, tidak mudah
diidentifikasikan dengan produk. Gaji mandor yang diawasi pembuatan produk, A,
B, dan C merupakan biaya yang tidak langsung bagi produk A, B, C karena gaji
mandor tersebut terjadi bukan karena perusahaan memproduksi satu macam produk.
Jika perusahaan memproduksi satu macam produk, maka semua biaya merupakan biaya
langsung dalam hubungannya dengan produk. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik
(factory overhead costing).
2) Pengolongan
biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan.
Pada
perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu di dalam
perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Biaya
Produksi
Biaya Produksi
merupakan biaya-biaya yang terjadi
untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya
ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
1) Biaya
bahan baku
Biaya bahan baku adalah
semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi, dan yang
dapat di masukan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama
dalam mengelompokan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan
penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi.
Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan meubel merupakan bagian dari
barang jadi, namun agar perhitungan biaya meubel tersebut bisa di lakukan
dengan tepat, bahan ini dapat di klasifikasikan ke dalam bahan baku tidak langsung.
Dari penjelasan tersebut, lebih mudah di
pahami jika di lihat pada di rumus di bawah ini;
Volume total bahan
baku = bahan baku per unit x volume produksi
Bahan baku yang di
beli = volume total bahan baku + persedian akhir
- persedian awal
Nilai pembelian bahan
baku = bahan baku yang akan di beli x harga per unit
2) Biaya
tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja
langsung adalah balas jasa yang di berikan kepada karyawan pabrik yang
manfaatnya dapat di identifikasikan atau di ikuti jejak nya pada produk
tertentu yang di hasilkan perusahaan . Biaya ini meliputi gaji para karyawan
yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.
3) Biaya
overhead pabrik
Yang di sebut overhead
pabrikas atau beban pabrik dapat didefinisikan sebagai biaya dari bahan tidak
langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak
dapat di bebankan langsung ke produk. Secara sederhana overhead pabrik mencakup
semua biaya pabrikasi kecuali bahan langsung dan pekerja langsung. Bahan baku
tidak langsung adalah semua bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
produk , tetapi pemakaian nya kecil sehingga tidak dapat di anggap sebagai
bahan baku langsung. Bahan-bahan seperti minyak pelumas, minyak gemuk, lap
pembersih, termasuk dalam pembekalan pabrik yang merupakan bahan baku tidak
langsung yang di perlukan untuk menjaga agar lokasi kerja dan mesin-mesin tetap
dalam keadaan siap pakai dan aman. Dan tenaga kerja tidak langsung adalah para
karyawan yang di kerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi pembuatan atau
pembentukan barang jadi. Biaya pekerja tidak langsung meliputi gaji para
penyelia (supervisor), kepala gudang dan pekerja lain nya yang bertugas dalam
kerja pemeliharaan yang tidak secara langsung berkaitan dengan produksi.
a) Biaya
Pemasaran
Biaya pemasaran
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran
produk, contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya pendalaman dinas,
biaya gaji manajer pemasaran dan lain-lain.
b) Biaya
Administrasi dan Umum
Merupakan biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya
ini adalah biaya telepon, biaya peralatan kantor, dan lain-lainnya.
4) Penggolongan
biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Penggolongan biaya sesuai dengan aktivitas perusahaan terutama untuk tujuan
perencanan, pengendalian serta pengembangan keputusan.
Berdasarkan perilakunya
terhadap kegiatan perusahaan biaya dapat dikelompokkan menjadi:
a) Biaya
Tetap (Fixed cost)
Biaya tetap adalah
biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan
tertentu. Karakteristik biaya tetap adalah:
1)
Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruh oleh perubahan
volume kegiatan sampai dengan tingkat tertentu.
2)
Pada biaya tetap, biaya persatuan akan berubah berbanding terbalik dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya
per satuan.
b) Biaya
Variabel (Variable cost)
Biaya variabel
merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya
variabel. Elemen biaya variabel ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead
pabrik variabel, biaya pemasaran variable. Karakteristik biaya variabel adalah
biaya persatuan dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
c) Biaya
Semi Variabel
Biaya semi variabel
adalah biaya yang mempunyai unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya
yang tetap merupakan jumlah minimal untuk menyediakan produk dan jasa.
Sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang
dipengaruhi oleh kegiatan. Karakteristik biaya semi variabel adalah biaya yang
jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Akan
tetapi sifat perubahannya tidak sebanding, biaya akan berbanding terbalik
dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan.
b.
Harga Pokok Produksi
Harga
pokok produksi atau products cost
merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok
produksi mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator tentang sukses
perusahaan, seperti misalnya: laba kotor penjualan, laba bersih. Tergantung
pada rasio antara harga jual dan harga pokok produknya, perubahan pada harga
pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak signifikan pada indikator
keberhasilannya.
Harga
pokok produksi pada dasarnya menunjukan harga pokok produk (barang dan jasa)
yang diproduksikan dalam suatu periode akuntansi tertentu. Hal ini berarti
bahwa harga pokok produksi merupakan bagian dari harga pokok, yaitu harga pokok
dari produk yang terjual dalam suatu periode akuntansi. Definisi harga pokok
sebagai berikut: “Harga pokok dapat berarti sebagai bagian dari harga perolehan
suatu aktiva yang ditunda pembebanannya dimasa yang akan datang”[2].
Menurut Lesmono harga pokok adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang
dan jasa yang diukur dengan nilai mata uang. Besarnya biaya diukur dengan
berkurangnya atau timbulnya utang. Mulyadi mengungkapkan bahwa biaya produksi
membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok
produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam
proses[3]. Harga
pokok produksi atau disebut harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk
memperoleh penghasilan. Mulyadi lebih lanjut menjelaskan bahwa, biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan pengolahan bahan
baku menjadi barang jadi. Biaya-biaya dalam penentuan harga pokok produksi
terdiri dari tiga unsur:
1. Biaya
Bahan Baku
Biaya
bahan baku adalah biaya bahan yang dipakai untuk diolah dan akan menjadi bahan
produk jadi. Bahan dari suatu produk merupakan bagian terbesar yang membentuk
suatu produk jadi, sehingga dapat diklasifikasikan secara langsung dalam harga
pokok dari setiap macam barang tersebut.
2. Biaya
Tenaga Kerja
Biaya
tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan produksi baik
yang secara langsung maupun yang tidak langsung turut ikut mengerjakan produksi
barang yang bersangkutan.
3. Biaya
Overhead Pabrik
Merupakan
biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada suatu hasil produk.
Biaya ini meliputi biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja.
a. Manfaat
Informasi Harga Pokok Produksi
Pada
dasarnya tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk menentukan secara
tepat jumlah biaya perunit produk jadi, sehingga dapat diketahui laba atau rugi
suatu perusahaan per periode. Manfaat dari penentuan harga pokok produksi
secara garis besar adalah sebagai berikut:
a) Menentukan
Harga Jual Produk
Perusahaan
yang berproduksi massal memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang
dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk
menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Penentuan harga jual
produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan
disamping data biaya lain serta data non biaya.
b) Memantau
Realisasi Biaya Produksi
Manajemen
memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dibandingkan
dengan rencana produksi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu akuntansi biaya
digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah produksi
mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
c) Menghitung
Laba Rugi Periodik
Guna
mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode
tertentu mampu menghasilkan laba bruto. Manajemen memerlukan ketepatan
penentuan laba periodik, sedangkan laba periodik yang tepat harus berdasarkan
informasi biaya dan penentuan biaya yang tepat pula.
d) Menentukan
Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan dalam
Neraca.
Saat
manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban per periode, manajemen
harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi yang
menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok yang pada tanggal
neraca masih dalam proses. Berdasarkan catatan biaya produksi yang masih
melekat pada produk jadi yang belum di jual pada tanggal neraca serta dapat
diketahui biaya produksinya. Biaya yang melekat pada produk jadi pada tanggal
neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang
melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan
disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.
b. Unsur-Unsur
Harga Pokok Produksi
Untuk
menentukan harga pokok produksi yang mutlak diperlukan dasar penilaian dan
penentuan laba rugi periodik. Biaya produksi perlu diklasifikasikan menurut
jenis atau obyek pengeluarannya. Hal ini penting agar pengumpulan data biaya
dan alokasinya yang seringkali menuntut adanya ketelitian yang tinggi, seperti
misalnya penentuan tingkat penyelesaian produk dalam proses pada produksi
secara massal dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat tiga unsur-unsur harga
pokok produksi yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
a) Biaya
Bahan Baku
Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang
diolah menjadi produk selesai dan pemakaiannya dapat diikuti jejaknya. Biaya
bahan baku adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai dalam
kegiatan pengolahan produk. Biaya ini meliputi harga pokok dari semua bahan
yang secara praktis dapat diidentifikasi sebagai bahan dari produk selesai.
Misalnya, papan atau kayu pada perusahaan produsen mebel, pasir dan semen pada
perusahaan tegel, kain pada perusahaan konveksi. Tidak semua bahan yang dipakai
dalam pembuatan suatu produk diklasifikasikan sebagai bahan baku. Paku dan lem
pada perusahaan produsen mebel umpamanya, mungkin tidak diklasifikasi sebagai
bahan baku. Ini disebabkan oleh karena biaya yang didapat dari ketelitian harga
pokok produksinya. Bahan-bahan yang relatif kecil nilainya sepeti itu disebut
bahan penolong dan diklasifikasikan sebagai bagian produksi tidak langsung.
b) Biaya
Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang
jasanya dapat diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu. Biaya tenaga kerja
langsung adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja
langsung dan jejak manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu.
Biaya ini meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga kerja langsung yang secara
praktis dapat diidentifikasikan dengan pengolahan bahan menjadi produk jadi
atau setengah jadi. Gaji dan upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh
biaya tenaga kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya
gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksanaya kegiatan produksi
mungkin saja tidak digolongkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Karena itu,
terhadap gaji dan upah tenaga kerja dibebakan menjadi biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja tidak
langsung meliputi semua biaya (gaji/upah) tenaga kerja bagian produksi yang
tidak terlibat secara langsung dalam proses pengerjaan bahan menjadi produk
jadi. Gaji dan upah mandor adalah salah satu contoh dari biaya tenaga kerja
tidak langsung. Sebagai contoh gaji karyawan keamanan yang menjaga keamanan
lokasi produksi dimana tanpa penjagaan, proses produksi dapat terganggu.
c) Biaya
Overhead Pabrik
Biaya ini meliputi semua biaya produksi
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, biaya
overhead pabrik meliputi juga biaya bahan penolong, gaji dan upah tenaga kerja
tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya. Biaya depresiasi, dan
amortisasi aktiva tetap, serta biaya asuransi umpamanya, merupakan contoh dari
biaya overhead pabrik. Untuk menentukan harga pokok produk sebagai dasar
penilaian persediaan, terdapat perbedaan yang fundamental tentang apa yang
harus dilakukan terhadap biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik.
Untuk biaya produksi langsung pengumpulan data biayanya dilakukan dengan
menggunakan dokumen-dokumen transaksi seperti misalnya Form Permintaan Bahan (FPB)
untuk bahan baku, dan kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung ke dalam
dokumen itu dicatat data kuantitas dan harga atau tarip per satuannya. Setiap
kali terjadi transaksi pemakaian bahan baku atau pelaksanaan, satuan order
produksi. Lain halnya dengan biaya overhead pabrik, biaya ini tidak dapat
diidentifikasi secara langsung kepada masingmasing produk berdasarkan suatu
taksiran. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan pada umumnya menentukan jumlah
biaya overhead pabrik untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun,
kemudian membebankannya kepada produk yang dihasilkan dalam jangka waktu
tersebut berdasarkan tarif tertentu.
c. Metode
Penentuan Harga Pokok
Metode
penentuan harga pokok produk adalah menghitung semua unsur biaya kerja dalam
harga pokok produksi. Ada dua jenis utama dalam membebankan biaya ke produk.
Kedua jenis tersebut adalah:
a) Metode
penentuan Harga Pokok Pesanan (Job Order
Costing)
Metode harga pokok
pesanan adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan
setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan
dimulai setelah ada pesanan dari langganan melalui dokumen pesanan penjualan
yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal
pesanan diterima dan harus diserahkan. Pesanan penjualan merupakan dasar
kegiatan produksi perusahaan. Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya (Cost Object) adalah unit produk
individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job.
b) Metode
penentuan Harga Pokok Proses
Metode harga pokok
proses adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan
untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode ini perusahaan menghasilkan
produk yang homogen dan jenis produk bersifat standar. Ada dua metode yang umum
di gunakan yaitu metode weighted average
cost dan metode First In First Out (FIFO).
Daljono menyebutkan
pada metode ini yang menjadi obyek biayanya adalah produk yang bersifat massa (masses product) dimana tiap unitnya
identik. Tujuan produksinya bukan untuk memenuhi pesanan pelanggan, akan tetapi
untuk persediaan barang jadi yang disimpan di Gudang Barang Jadi dan nantinya
dijual ke konsumen. Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi
membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi
berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat
untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, muncul metode
baru dalam perhitungan Harga Pokok Produksi yaitu:
Metode Activity-Based Costing (ABC) System
Activity-Based
Costing System merupakan metode perbaikan dari Sistem
Tradisional. Activity-Based Costing
System ini merupakan metode perhitungan biaya yang dapat memberikan alokasi
Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat dan relevan. Pada metode ini, seluruh
Biaya Tidak Langsung dikelompokkan sesuai dengan aktivitas masing-masing,
kemudian masing-masing kelompok biaya (Cost
Pool) tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan
berdasar aktivitasnya masingmasing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah
aktivitas dalam setiap Cost Pool
tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga
dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat.
Dalam menghitung
unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat beberapa pendekatan yaitu
metode full costing dan variable costing.
1. Metode Full costing
Full
costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi
menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai
berikut:
Persediaan
awal xxx
Biaya
bahan baku xxx
Biaya
tenaga kerja langsung xxx
Biaya
overhead pabrik variabel xxx
Biaya
overhead pabrik tetap xxx +
Total
biaya produksi xxx
Persediaan
akhir (xxx)
Harga
pokok produksi xxx
Dengan demikian harga
pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur
biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non
produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2. Metode Variabel
costing
Variabel
costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga
pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing terdiri dari
unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan
awal xxx
Biaya
bahan baku xxx
Biaya
tenaga kerja langsung xxx
Biaya
overhead pabrik variabel xxx +
Total
biaya produksi xxx
Persediaan
akhir (xxx)
Harga
pokok produksi xxx
Dengan demikian harga pokok
produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel
costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan
biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi
dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya
pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).
Metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan
metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang
berperilaku tetap. Dalam full costing biaya
overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel dibebankan kepada
produk atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Sedangkan dalam metode
variabel costing, biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk hanya
biaya yang berperilaku saja. Menurut metode harga pokok penuh selisih antara
tarif yang ditentukan di muka dengan Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya dapat
diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok produk yang belum laku
dijual (harga pokok persediaan).
Terdapat perbedaan
dalam penyajian laporan rugi laba antara metode harga pokok penuh dan metode
harga pokok variabel, terutama dasar yang digunakan dalam klasifikasi biaya.
H.
Hasil
Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu
yang membahas tentang Harga Pokok Produksi telah di teliti oleh Ilham[4]
namun pembahasan harga penggunaan bahan baku dilakukan secara umum dan tidak
khusus untuk bahan baku yang dibeli di bursa. Hasil yang diperoleh dari
penelitian bahwa peranan harga bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
sangat berpengaruh terhadap hasil perhitungan Harga Pokok Produksi. Semakin
besar harga bahan baku yang digunakan maka semakin besar pula Harga Pokok
Produksi yang dihasilkan. Namun tingkat kerugian tidak dapat dibandingkan dari
besar kecilnya Harga Pokok Produksi melainkan sejauh mana perusahaan dapat
menjual produk yang dihasilkan. Jika harga penjualan produk masih diatas Harga Pokok
Produksi maka perusahaan berkesempatan mendapat keuntungan dari hasil
penjualannya.
I.
Metode
Penelitian
Metode pendekatan penelitian
yang diambil yakni metode kualitatif deskriptif, yaitu merupakan penelitian
yang mendeskripsikan karakteristik masalah yang berkaitan dengan karakteristik
dari subjek yang diteliti. Penelitian ini menekankan pemahaman mengenai peranan
harga logam timah di bursa dalam menentukan Harga Pokok Produksi Tin Solder pada perusahaan
PT. Timah Industri.
J.
Jenis
Data
Jenis data yang digunakan
dalam penulisan tugas akhir ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari observasi dan hasil wawancara
langsung dari obyek penelitian yaitu PT. Timah Industri. Data primer tersebut
terdiri dari data biaya standar bahan baku PT. Timah Industri, data kuantitas
aktual bahan baku PT. Timah Industri, dan program pengendalian biaya bahan baku
PT. Timah Industri.
2. Data
sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber seperti buku, laporan, jurnal, internet, dan lain-lain.
K.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan
salah satu tahapan penting dalam kegiatan penelitian dan dilakukan setelah peneliti selesai membuat desain
penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data diantaranya:
a) Metode
Observasi (Pengamatan)
Metode observasi merupakan metode pencarian data dengan melihat
langsung ke lapangan, sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara
langsung melalui pekerja pada satuan kerja terkait. Data yang diperoleh berasal
dari penelitian dan pengamatan langsung ke lapangan pada hal-hal yang berkaitan
dengan biaya bahan baku pada PT. Timah Industri.
b) Metode Interview (Wawancara)
Metode Interview
merupakan metode yang dilakukan penulis dengan cara mewawancarai secara
langsung pegawai atau satuan kerja yang berkaitan mengenai bidangnya untuk
mendapatkan penjelasan mengenai data dan informasi yang dibutuhkan. Mengadakan tanya
jawab dengan pihak yang ditunjuk atau dengan orang yang berwenang yang ada
relevansinya dengan data dan penjelasan masalah yang akan dibahas.
c) Dokumentasi
Penulis melakukan studi pengumpulan data dari buku-buku atau hand book, dokumen pembelian, online report dan sumber tertulis
lainnya sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan
topik yang ditulis.
L.
Teknik
Analisa Data
Analisa
data merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang sudah dibaca,
dibaca, dan diinterpretasikan. Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Full costing yang merupakan suatu metode penentuan harga pokok
produksi dengan menghitung semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, baik bersifat variable maupun tetap. Unsur-unsur biaya
produksi terdiri dari:
1. Biaya
bahan baku
2. Biaya
tenaga kerja langsung
3. Biaya
overhead pabrik variable
4. Biaya
overhead pabrik tetap
Secara
umum untuk menentukan harga produksi pada PT. Timah Industri di gunakan rumus
sebagai berikut :
Biaya
produksi = BBB + BTKL + BOP
Keterangan
:
BBB
= biaya bahan baku
BTKL
= biaya tenaga kerja langsung
BOP
= biaya overhead pabrik
M.
Jadwal
dan Tempat Penelitian
a. Jadwal
Penelitian
Rencana penelitian akan
dilaksanakan pada bulan Maret s.d April 2017 dengan rincian sebagai berikut:
No
|
Kegiatan
|
Waktu Pelaksanaan
|
|||||||||||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Sidang
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Analisa Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Sidang Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian
dilaksanakan di PT. Timah Industri, yang beralamat di Jl. Eropa I Kav. A3
Kawasan Industri KIEC CIlegon, 42435. Banten, Indonesia. Telp. +62 254 3150000,
Fax. +62 254 311550
N.
Company
Profile PT. Timah Industri
1. Sejarah
Perusahaan
PT. Timah Industri
merupakan anak perusahaan PT. Timah (persero) Tbk yang bergerak dibidang hillir
timah dan mineral. Didirikan pada tahun 1998, dengan fokus produksi dibidang manufaktur
dan pelayanan engineering. Pada tahun 2009, PT. Timah Industri merubah fokus
bisnis dari engineering dan Industri manufaktur ke downstream industri untuk
mensupport induk perusahaan dengan membangun pabrik Tin Stabilizer kapasitas
10,000 MT per tahun di Kawasan Industri Krakatau KIEC, Cilegon. Sejalan
perkembangannya, PT. Timah Industri mulai menambah bisnis usaha dengan
mendirikan pabrik-pabrik baru di tahun 2015 yaitu Pabrik Intermediate kapasitas
8000 MT per tahun, Pabrik Stannic Chloride kapasitas produksi 500 MT per tahun
dan Tin Solder dengan kapasitas produksi 5000 MT per tahun.
2. Visi
dan Misi
Visi:
Menjadi Perusahaan
Industri Hilir Timah Terkemuka di Dunia
Misi:
1.
Membangun Sumber Daya Manusia yang Kompeten pada industri hilir timah;
2.
Memperkuat Daya Saing dan Nilai Tambah Produk Hilir Timah;
3.
Mendongkrak Penggunaan Produk Hilir Timah di Dalam Negeri.
Dalam mendukung visi
dan misi yang telah ditetapkan, PT. Timah Industri juga membentuk budaya kerja,
yaitu: Commit, Comply, Care, Controll dan
Capable
4. Produk
dan Aplikasi
Produk yang dihasilkan
oleh PT. Timah Industri diantaranya adalah:
Product
|
Brand
|
Capacity
|
Remark
|
1. Methyltin
Stabilizer
|
BANKASTAB
MT Series
|
10,000
TPA
|
Food
Contact
|
2. Methyltin
Intermediate (DMTDCl)
|
BANKASTAB
DMT Series
|
8,000
TPA
|
-
|
3. Stannic
Chloride (SnCl4)
|
BANKASTANNIC
|
500
TPA
|
-
|
4. Tin
Solder
|
BANKAESA
|
5,000
TPA
|
-
|
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus